5 Mitos Salah Tentang Pilek



Tahukah Anda bahwa pilek atau selesma menyebabkan 40 persen para pekerja di Amerika Serikat tidak masuk kerja.

Seperti dikutip dari Gulf News, Sabtu, 13 Februari 2016, penyakit yang menyerang orang dewasa dan anak-anak ini juga merugikan pemerintah AS hingga US$ 40 miliar setahun, termasuk biasa pengobatan serta produktivitas kerja yang hilang.

Selesma disebabkan oleh virus namun biasanya akan hilang sendiri, tanpa diobati, dalam waktu sekitar seminggu.

Untuk penyakit yang mempengaruhi begitu banyak orang dan begitu sering, pengobatan modern secara mengejutkan menawarkan sangat sedikit cara untuk mengatasinya.

Tidak heran kemudian, bahwa mitos dan takhayul modern tentang penularan dan pengobatan selesma ini bermunculan. Seperti lima mitos tentang selesma di bawah ini.

1. Selesma hanya menular jika penderita bersin atau batuk

Beberapa jenis virus dapat menyebabkan selesma, dan salah satu cara virus ini menyebar adalah ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk. Batuk atau bersin yang kuat melontarkan tetesan kecil sekresi hidung dan mulut ke udara.

Tetesan kecil itu kemudian mengalami kontak dengan orang-orang lain di dekatnya sehingga membuat mereka sakit. Tetesan sekresi di udara menjadi cara yang sangat efektif bagi beberapa virus, seperti influenza (yang dapat menyebabkan selesma dan flu), untuk menyebar dari satu orang ke orang lain.

Sebuah penelitian di tahun 2008 yang dirilis di 'Clinical Infectious Diseases' menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus selesma akan mengirim partikel pembawa virus ke udara melalui batuk, bicara dan bahkan napas.

Namun, kontak langsung dengan orang kena selesma bahkan lebih mungkin untuk membuat Anda sakit, apakah mereka bersin atau batuk di dekat Anda atau tidak. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sentuhan tangan adalah cara paling umum untuk menyebarkan rhinovirus, keluarga virus yang paling banyak menyebabkan selesma.

Salah satu studi yang dipublikasikan dalam 'Journal of Infectious Diseases' pada tahun 1980, juga menunjukkan pentingnya kebersihan tangan. Dianjurkan memakai cairan yodium untuk mencuci jari-jari - meskipun sabun juga bisa - untuk mengurangi penyebaran virus.

Anda bahkan dapat terjangkit selesma dari orang tanpa menyentuh mereka atau berada dekat dengan mereka ketika mereka bersin. Virus dapat hidup di furnitur, mainan, telepon dan permukaan perabot rumah tangga atau kantor lainnya selama beberapa jam.

2. Mencuci dengan air biasa atau gel pembersih tangan sama efektifnya

Karyawan di ribuan rumah sakit di AS harus membersihkan tangan mereka dengan seksama - dengan mencuci memakai sabun dan air atau menggunakan gel pembersih tangan - sebelum dan setelah menangani pasien.

Jika diberi pilihan antara mencuci dengan sabun dan air atau gel pembersih tangan, kombinasi sabun dan air ternyata yang lebih aman. Gel pembersih tangan tidak bekerja dengan efektif jika tangan anda terlalu kotor. Pembersih tangan harus mengandung setidaknya 60 persen alkohol untuk mengurangi penyebaran penyakit seperti selesma. Tetapi beberapa jenis gel pembersih tangan saat ini mengandung sedikit alkohol sehingga tidak efektif.

Sebuah studi tahun 1999 yang dirilis di Infection Control & Hospital Epidemiology menyebutkan menggunakan pencuci tangan berbasis alkohol dengan yang tidak mengandung alkohol tidak ada bedanya dalam hal mengurangi infeksi selesma.

Sebuah studi yang berbeda diterbitkan dalam Pediatrics pada tahun 2005 tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam penyebaran selesma biasa dalam keluarga yang menggunakan sabun pembersih tangan khusus dengan keluarga yang tidak menggunakan.

3. Perjalanan udara meningkatkan risiko terkena selesma

Selama bertahun-tahun, perjalanan udara telah dianggap sebagai penyebab orang gampang sakit. Entah itu karena kelembaban, tekanan kabin, udara yang disirkulasi ulang, atau bersin dan batuk dari penumpang. Karena itu banyak dari kita yang takut terbang.

Anggapan tentang udara yang disirkulasi ulang dalam kabin sangat berbahaya dipopulerkan oleh orang-orang terobsesi pada kebersihan (germaphobe); mereka membayangkan virus dari setiap yang bersin dan batuk melayang-layang di kabin, menunggu untuk menginfeksi penumpang yang tidak bersalah.

"Ini adalah keluhan umum," Wall Street Journal melaporkan pada tahun 2011. "Terbang di pesawat ramai dan pulang membawa selesma. Ada apa di udara di atas sana?"

Pada kenyataannya udara yang disirkulasi ulang tidak menyebabkan selesma: sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada tahun 2002 menunjukkan bahwa bepergian dalam pesawat komersial dengan udara yang disirkulasi ulang tidak meningkatkan risiko terkena selesma dibandingkan dengan naik pesawat terbang yang dipompa udara segar ke dalamnya.

Dari 1.100 wisatawan dalam penelitian ini, 47 persen adalah penumpang di pesawat menggunakan udara segar untuk ventilasi, dan 53 persen terbang menggunakan pesawat yang udaranya disirkulasi ulang.

Sekitar 1 dari 5 penumpang - terlepas dari jenis udara mana mereka terekspos - menunjukkan gejala selesma dalam seminggu setelah penerbangan mereka. Dan secara keseluruhan, tidak ada bukti yang menunjukkan perjalanan udara membuat kita sakit seperti jika berada di lingkungan kerja normal di darat.

4. Selesma menimbulkan demam

Banyak pasien mengalami demam datang ke dokter dan percaya bahwa mereka terkena selesma. Di iklan obat dan toko obat online, demam masuk dalam daftar gejala selesma. Dan pada anak-anak, demam sangat umum di sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Diseases of Children pada tahun 1986 menemukan bahwa hingga 84 persen dari anak-anak dengan virus penyebab selesma mengalami demam, dan 37 persen menderita demam selama lima hari atau lebih.

Namun demam pada orang dewasa - didefinisikan hingga suhu 38° C atau lebih tinggi - sebenarnya sangat jarang terjadi pada kasus selesma. Umumnya selesma menyebabkan sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair, bersin dan batuk, tapi dengan suhu tubuh normal.

Jika Anda memiliki gejala-gejala ini ditambah demam, maka Anda dan dokter Anda harus berpikir tentang kemungkinan lain, termasuk radang tenggorokan, sinusitis, pneumonia atau influenza (flu). Demam yang sebenarnya sering berarti sesuatu yang lain yang terjadi dalam tubuh Anda.

5. Sup ayam tidak mempan menyembuhkan selesma

Sejak kemajuan dunia medis di abad terakhir, masih belum ada obat untuk selesma. Ketika ada yang menderita gejala selesma, dokter hanya merekomendasikan langkah-langkah dukungan seperti istirahat, banyak minum air putih dan membeli obat di toko untuk menghilangkan gejalanya.

Ada puluhan pengobatan rumahan yang konon bisa membantu mempercepat pemulihan: ginseng, zinc, vitamin C. Ada sedikit bukti yang mendukung bahan-bahan tersebut; beberapa bahkan malah berbahaya (misalnya, beberapa formula zinc dapat menyebabkan kehilangan indera penciuman permanen).

Echinacea, salah satu suplemen herbal yang paling populer di AS, dalam penelitian menunjukkan tidak memiliki manfaat dalam mengobati selesma. Dalam literatur medis, pengobatan rumahan sepertinya tidak memiliki tempat sama sekali dalam mengobati pilek.

Namun sup ayam adalah pengecualian. Pada tahun 2000, para peneliti di University of Nebraska mempelajari sup ayam buatan sendiri. Mereka menemukan sup ayam memiliki manfaat anti-inflamasi, yang dapat meringankan gejala selesma.

Secara khusus, bahan dalam sup ayam buatan sendiri menghambat sesuatu yang disebut migrasi neutrofil, di mana sel-sel darah khusus bergerak ke bagian tubuh yang sakit (seperti hidung dan paru-paru saat mengalami selesma) dan melepaskan bahan kimia yang menyebabkan lebih banyak peradangan.

Peradangan ini dapat membantu dalam memerangi infeksi jangka pendek, tetapi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang jika dibiarkan.

Sumber : dream.co.id

0 Response to "5 Mitos Salah Tentang Pilek"

Post a Comment

Popular Posts